Lampung Selatan, M-TJEK NEWS— Mengisi bulan Muharram dengan semangat spiritual dan sosial, Ranting Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, menggelar pengajian rutinan serta santunan anak yatim.
Kegiatan ini berlangsung di Masjid Al-Mu’minin, Ahad (20/7/2025), dengan mengangkat tema “Spiritualitas Muslimah Menguatkan Hubungan dengan Allah SWT di Setiap Aspek Kehidupan.”
- Tradisi Rutin, Ikhtiar Sosial yang Terjaga
Sejumlah tokoh tampak hadir dalam pengajian ini, mulai dari Kyai Jumadi selaku pembina Ranting Muslimat NU Jatimulyo, Kyai Wahono Rahman selaku Wakil Katib MWCNU Jati Agung, serta Gus M. Zamzani yang turut hadir sebagai penceramah.

Turut hadir pula Ketua Muslimat NU Jatimulyo, Umi Siti Rohmah, S.Pd., Kepala Desa Jatimulyo H. Sumardi, S.E., serta jamaah dari 11 anak ranting Muslimat NU di desa tersebut.
Ditemui usai kegiatan, Ketua Ranting Muslimat NU Jatimulyo, Umi Siti Rohmah, S.Pd., menyampaikan bahwa kegiatan ini tidak sekadar rutinitas, melainkan bagian dari upaya menjaga tradisi dan kepedulian sosial yang sudah menjadi nafas organisasi.
“Alhamdulillah, di Jatimulyo ada 11 anak ranting. Setiap tiga bulan sekali itu kami pengajian bergiliran keliling ke tiap anak ranting,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan pentingnya konsistensi dalam memilih penceramah yang sejalan dengan nilai-nilai ke NU an.
“Jadi dalam setiap pengajian kita mencari penceramah yang berasal dari NU, karena latar belakang kita adalah Muslimat Nahdlatul Ulama,” jelasnya.
- Momentum Muharram dan Santunan Anak Yatim Diberikan
Dalam kegiatan pengajian kali ini juga sekaligus menjadi momentum penyaluran santunan kepada anak-anak yatim piatu dari masing-masing anak ranting muslimat.
“Kebetulan ini bulan Muharram. Setiap bulan Muharram, kami dari Muslimat NU senantiasa menyalurkan santunan anak yatim karena ini merupakan program tahunan kita juga,” tutur Umi Siti Rohmah kepada NU Media Jati Agung.

Ia menyebutkan bahwa santunan diberikan kepada 22 anak yatim yang dibawa perwakilan dari 11 anak Ranting Muslimat NU Jatimulyo.
“Perwakilan tiap anak ranting membawa dua anak. Karena anak rantingnya ada 11, jadi totalnya ada 22 anak yatim piatu yang diberikan santunan,” terangnya.
- Gus Zamzani: Perempuan NU Penjaga Tata Krama Bangsa
Usai mengisi tausiyah, Gus M. Zamzani memberikan keterangan kepada wartawan mengenai pentingnya peran Muslimat NU dalam membangun masyarakat yang beradab dan religius.
Menurutnya, kekuatan Muslimat bukan hanya dari jumlah, tetapi juga dari kedalaman kontribusinya.
“Peran Muslimat NU sangatlah penting. Kegiatan rutin seperti ini menjadi sarana untuk mengguyub rukunkan masyarakat, sekaligus menjaga nilai-nilai keagamaan dan tata krama yang merupakan bagian dari adat istiadat bangsa Indonesia. Melalui kegiatan-kegiatan Muslimat NU, akhlakul karimah dapat terus terjaga,” ujarnya.
Pihaknya juga menyoroti kekuatan solidaritas kaum ibu dalam setiap kegiatan keagamaan.
“Kita bisa lihat, kalau bapak-bapak diajak kumpul, paling banyak 20–30 orang yang datang. Tapi kalau ibu-ibu Muslimat yang dikumpulkan, satu dusun bisa hadir hampir semuanya. Ini menunjukkan kekuatan dan kekompakan mereka,” tuturnya.
- Sanad Ilmu, Media Sosial, dan Pentingnya Berkumpul
Gus Zamzani yang juga merupakan pengasuh Ponpes Tri Bhakti Darul Falah Nidhomutthalibin Desa Sidodadi Kecamatan Jati Agung mengungkapkan keresahannya terhadap fenomena belajar agama yang hanya bersumber dari platform digital, tanpa guru yang jelas sanad keilmuannya.
“Sekarang ini banyak orang yang beragama, tapi tidak benar-benar memahami tata cara dalam beragama. Yang penting saya ibadah, yang penting saya shalat, yang penting saya berbuat baik—padahal semua itu ada aturan-aturannya. Dan aturan-aturan itu hanya bisa kita pahami kalau kita mau berkumpul, berdiskusi, dan belajar bersama. Kalau tidak berkumpul, ya mana mungkin bisa terbentuk pemahaman yang benar,” tegasnya.
“Hari ini banyak orang belajar agama hanya dari YouTube. Padahal sanad keilmuannya kadang tidak jelas. Di situlah pentingnya pertemuan Muslimat. Dengan berkumpul, paling tidak ibadah kita bisa terjaga melalui bimbingan guru-guru. Di antara anggota Muslimat pun ada ibu nyai, ada tokoh-tokoh yang bisa dijadikan panutan,” Imbuhnya.

- Menghidupkan NU dari Lingkup Rumah Tangga
Dalam wawancara tersebut, Gus Zamzani juga menyinggung pentingnya membangun basis Nahdlatul Ulama dalam keluarga.
“Masukkanlah keluarga kita ke dalam konsep Nahdlatul Ulama. Bapaknya masuk ke Nahdliyyin, ibunya ke Muslimat, anak-anaknya juga ikut. Selesai. Kalau itu sudah berjalan, maka akan terbentuk dengan sendirinya. Anak-anak pun akan terbawa dalam lingkungan yang baik karena kehidupan keluarga dijaga oleh dua tokoh utama: bapak dan ibu. Masukkan saja ke NU, insyaAllah selesai,” ucapnya.
- Pesan Gus Zamzani untuk Muslimat NU
Ia menutup perbincangan dengan memberikan semangat kepada seluruh Muslimat agar tetap aktif dan konsisten dalam kebersamaan.
“Pesan saya untuk ibu-ibu Muslimat NU tetaplah aktif. Jangan terlalu memikirkan banyak hal yang bisa mengganggu semangat berkumpul. Memang, kadang dalam kegiatan ibu-ibu itu ada saja ‘rame-nya’—ini dan itu. Tapi sudahlah, kesampingkan dulu semua itu. Yang penting kumpul bareng, mangan bareng, ngobrol bareng. Niatnya guyub rukun dulu. Ketika kita istiqomah dalam perkumpulan seperti ini, saya yakin hati akan senang, bisa Ngguyu bareng, dan kebersamaan itu akan jadi kekuatan,” tandasnya.
Dengan semangat kebersamaan dan ketulusan pengabdian, Muslimat NU Jatimulyo terus menunjukkan eksistensinya di tengah masyarakat.
Kiprah Ibu-Ibu Muslimat NU ini menjadi bukti nyata bahwa peran perempuan dalam menjaga nilai-nilai keagamaan dan sosial tak bisa dipandang sebelah mata. (ARIF)