Pesawaran, M-TJEK NEWS – Masyarakat Lampung, khususnya warga Desa Legundi, Kecamatan Punduh Pidada Kabupaten Pesawaran, digegerkan oleh kasus dugaan pembunuhan terhadap seorang warga bernama Aliyan, atau yang akrab disapa Mang Iyan.

Pria asal Dusun Si Uncal Desa Legundi ini diduga tewas dihakimi warga usai cekcok dengan keponakanya sendiri Saparudin, dan kemudian jasadnya diduga dibuang ke laut oleh sekelompok warga setempat.

Peristiwa memilukan itu menyisakan duka dan tanda tanya besar bagi keluarga. Arina, anak kandung almarhum, menjadi saksi dari rentetan malam tragis yang menimpa ayahnya itu.

Foto Dok Keluarga : Foto Alm Aliyan, hingga saat ini jasadnya belum ditemukan 
  • Cekcok Dipicu Bau Kotoran Kambing

Kejadian bermula pada Sabtu malam, 15 Maret 2025, sekitar pukul 21.00 WIB, usai salat Tarawih. Aliyan terlibat cekcok dengan keponakannya, Saparudin.

Penyebabnya sepele tapi sudah berulang kali menjadi sumber ketegangan— yaitu bau menyengat dari kotoran kambing milik Saparudin yang mengganggu rumah Aliyan.

“Awalnya itu cekcok sama ponakan, terus almarhum sempet pulang, nggak tau ke rumah ibu nggak tau ke rumah si Sapar ini. Udah itu nggak kedenger apa-apa lagi, kemudian saya dengar istri Sapar teriak-teriak dan lari-lari, minta tolong katanya Sapar digorok gitu,” jelas Arina kepada M-TJEK NEWS, Minggu malam (6/4/2025).

  • Warga Berdatangan, Diduga Main Hakim Sendiri

Mendengar teriakan istri Sapar, warga berhamburan keluar rumah. Menurut Arina, saat itu terjadi kerumunan dan dugaan tindakan main hakim sendiri terhadap Aliyan.

“Setelah itu warga pada keluar, nggak tau mau nolongin atau apa? Namanya kejadiannya di belakang, pak, nggak keliatan. Tapi saya sempet denger dari rumah, orang-orang pada lari-lari, ada yang bawa karung, bawa tali, ya pada lari ke belakang itu,” ujar Arina lirih kepada wartawan.

Ia mengintip dari balik jendela karena takut. Dari sana, ia mengaku melihat warga membawa karung dan menggotong sesuatu.

“Terus, nggak lama dari itu, ribut-ribut rame-rame, saya liat ada warga gotong-gotong karung. Banyak orang yang saya liat, pak. Ada Oman, Lisin, Rohili, Ferdi, terus yang lainnya nggak jelas pak, ya mereka itu yang malem-malem bawa karung,” lanjutnya.

Foto M-TJEK NEWS : SP2HP Mapolsek Padang Cermin, Polres Pesawaran Polda Lampung. 
  • Dibuang ke Laut Pakai Perahu

Arina memperkirakan kejadian itu berlangsung dari pukul 21.00 WIB hingga sekitar tengah malam.

“Sekitar jam 9 malam sampai jam 11 itu lah, beres-beres itu jam 12 malam. Almarhum itu digotong dibawa ke dermaga, kan ada videonya itu, pak, pas di dermaga. Kalau kejadian massa di belakang nggak ada video, pak,” katanya.

Yang paling menyayat hati, jasad sang ayah diduga dibuang ke laut oleh warga menggunakan perahu.

“Kita mikirnya nggak diapa-apain almarhum. Kalau ditenangin kan, udah ditenangin aja gitu biasanya. Eh nggak taunya kok dikarungin, dibuang ke laut. Itu kan ditarik pakai perahu ting-ting 2,” ucap Arina sambil menahan tangis.

  • Kadus Diduga Tutup Mata, Tak Beri Informasi ke Keluarga

Menurut Arina, malam kejadian, tidak ada informasi yang diberikan Kepala Dusun (Kadus) setempat, Suhaili kepada pihak keluarga.

Bahkan ketika ibunya menanyakan keberadaan Mang Iyan, jawaban Kadus justru membingungkan dan terkesan menutupi.

“Emak saya sempat nanya di rumah Pak Kadus itu pas rame-rame warga. ‘Dimana Mang Iyan-nya?’ Kata Kadus, ‘udah diamankan itu di jembat (dermaga.red), udah diamankan, udah mau tidur mah tidur aja.’ Kata Kadus. Nah emak saya nggak bisa tidur,” ujar Arina.

  • Keesokan paginya, Kadus datang ke rumah keluarga.

“Emak nanya ke Kadus, ‘sekarang Mang Iyan-nya kemana?’ Kadus jawab, ‘ada, udah diamankan, nanti diambil. Kalau udah nggak ada nyawa, udah Teh Sanah, kalau udah nggak ada jodoh mah udah gitu, nggak ada jodoh, udah takdir’,” tiru Arina menirukan percakapan Kadus dengan ibunya.

Kadus juga sempat menyarankan agar keluarga tidak memperpanjang persoalan ini.

“‘Nggak usah diperpanjang ya Teh, nanti urusannya berabe, itu urusannya sama massa.’ Udah gitu aja,” lanjutnya.

  • Permintaan Keadilan: ‘Yang Ngebunuh Harus Ditangkap’

Kini, Arina dan ibunya tidak lagi tinggal di Desa Legundi. Mereka memilih mengungsi ke rumah kakaknya di Teluk Betung Selatan, Bandar Lampung, karena takut akan keselamatan mereka.

“Kami nggak pulang ke sana. Sampai sekarang di sini, di rumah kakak ini,” katanya.

Arina berharap hukum ditegakkan dan para pelaku segera ditangkap.

“Saya minta keadilan, Pak. Segera diproses dan diadili pelaku-pelakunya, gitu. Minta ditangkap lah, gitu, yang ngebunuh biar ditangkap. Mereka nggak ngerasain kayak mana pedihnya ditinggalin. Kalau mereka di penjara kan masih hidup, kalau saya kan kayak mana mau ziarah juga, kemana ziarahnya, nggak ada kuburannya,” ucap Arina sedih.

Meski belum ada ancaman langsung, rasa takut tetap menghantui. Bahkan, ketua RT setempat sempat menyarankan penyelesaian secara kekeluargaan.

“Bahkan anak saya yang di Jawa itu sempat bilang, ‘Mak, emak itu lawannya warga. Daripada emak nanti diusir?’ Nggak masalah, kata saya, kalau diusir toh di situ saya udah nggak punya keluarga. Cuman sama emak, bapak udah nggak ada.”

“Sampai saat ini tidak ada ancaman dari warga, tapi pernah Pak RT itu menyampaikan permintaan warga agar kejadian ini diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Saya bilang, ‘nggak bisa, Om. Keluarga saya yang di Teluk nggak terima karena Bapak saya dibunuh dan dibuang ke laut’,” tutup Arina.

Arina sudah melaporkan kejadian tersebut ke Mapolsek Padang Cermin dengan Laporan Polisi Nomor : LP/B/24/III/2025/Polsek Padang Cermin/Polres Pesawaran/Polda Lampung pada tanggal 17 Maret 2025.

Kasus ini menyoroti potret buram penegakan hukum dan peran aparatur desa. Dugaan pembiaran, upaya tutup mulut, hingga keengganan mengungkap fakta, memperpanjang duka keluarga almarhum.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada kejelasan proses hukum terhadap para terduga pelaku. M-TJEK NEWS akan terus mengawal perkembangan kasus ini. (ARF)