Lampung Selatan, M-TJEK NEWS – SMKN 1 Tanjung Sari, Kabupaten Lampung Selatan, menjadi pusat perhatian setelah kegiatan Kunjungan Industri (KI) yang mereka laksanakan pada tanggal 7 hingga 12 Mei 2025 menimbulkan gelombang kritik.
Rangkaian perjalanan ke Jakarta, Jogja, dan Bandung itu kini justru berbuntut panjang: mulai dari keluhan biaya, dugaan paksaan, hingga pertanyaan soal transparansi dan kepemimpinan sekolah.
- Meledak di TikTok, Ini dia Reaksi Warganet
Berita soal dugaan praktik bisnis terselubung dalam kegiatan KI ini viral di akun TikTok M-TJEK NEWS. Video yang diunggah telah ditonton lebih dari 161 ribu kali, disukai 4.129 akun, dibanjiri 780 komentar, dan dibagikan hampir 3.000 kali. Warganet ramai-ramai menyuarakan kekecewaan mereka terhadap kebijakan sekolah.
Baca Juga: SMKN 1 Tanjung Sari Diduga Bisnis Berkedok Kunjungan Industri, Bebani Orang Tua Hingga Rp 819 Juta
Akun @nadiyavega1206 menulis, “Mau demo tapi dah kemakan uangnya,” disertai emoji hati retak. Sementara Akun lainnya, @zeendown, menambahkan, “Kelas privat intinya ikut KI kemarin katanya wajib.”
Lainnya halnya salah satu Alumni dengan akun @bujang_mama67 mengaku, “Saya alumni sana. Kita pertama masuk situ sudah bayar 500 ribu buat DP Study Tour. Kalau nggak ikut, ya hilang 500 ribu itu.”
Keluhan serupa juga datang dari wali murid. Akun @sarmila.sarmila36 mengaku, “Anakku tahun lepas kunjungan industri biaya 2,5 juta, belum uang saku, lumayan puyeng.”
Sementara @zah_mediatek menyoroti tekanan ikut kegiatan, “Kalau tidak ikut tahun ini harus ikut tahun depan. Kalau kekeh nggak mau ikut, waktu PKL ditambah dari empat bulan jadi enam. Kalau begini, ya sama saja mewajibkan.”
- Guru Buka Suara: “Ini Sudah Kelewatan”
Salah satu guru SMKN 1 Tanjung Sari yang enggan disebutkan namanya angkat bicara. Ia membeberkan sejumlah persoalan internal, termasuk soal kegiatan KI dan gaya kepemimpinan kepala sekolah.
“Banyak masalah di sekolah kami. Yang pertama soal perpisahan, yang kedua Kunjungan Industri. Bahkan survei kinerja kepala sekolah hasilnya negatif semua,” ujarnya, Kamis (22/5/2025).
Ia melanjutkan, “Perpisahan Kemarin permurid sempat dipungut 200 ribu sampai 300 ribu tapi informasinya sudah dipulangin,” bebernya.
Sementara itu mengenai KI, ia menegaskan, “KI itu tetap di-trabas. Padahal orang tua banyak yang nggak setuju. Ada ucapan, yang nggak ikut KI nggak bisa ikut PKL. Jadi orang tua/wali murid takut anaknya bermasalah nantinya, makanya terpaksa ikut,” Ujarnya.
Dirinya juga membeberkan soal kepemimpinan Kepala Sekolah , kritik tajam kembali dilontarkan.
“Pak Yornedi itu jarang komunikasi dengan guru-guru. Ke bengkel juga nggak pernah. Dia menjauh dari kami,” ungkapnya.
Parahnya, lanjut dia, “Kepala sekolah nggak pernah aktif di sekolah, dari pagi sampai sore itu nggak pernah. Paling jam 10 atau jam 11 sudah keluar. Coba sidak sekali-sekali, biar tahu,” tantangnya.
- Dana Tak Transparan, Travel Enggan Buka Rincian
Guru itu juga mengungkapkan bahwa sebanyak 11 guru pendamping ikut dalam kegiatan KI tahun ini, belum termasuk panitia.
“Yang ikut itu wali kelas: 3 kelas TKR, 4 kelas TKJ, dan 2 kelas Multimedia. Total 11 guru. Panitianya saya nggak tahu persis,” katanya.

Soal uang saku, ia menjelaskan, “Kalau yang sudah-sudah itu satu juta per guru. Travel-nya pakai Puma,” Ungkapnya.
Namun, yang paling membuat geram adalah ketertutupan soal rincian biaya.
“Dari dulu wali murid ingin tahu rincian biaya KI, tapi nggak pernah dikasih. Tahunya global sekian, sekian. Itu pun tiap tahun naik terus,” keluhnya.
Nama Romi, Wakil Humas sekolah, disebut-sebut sebagai tangan kanan Kepala Sekolah.
“Semua kegiatan melibatkan Romi, karena dia tangan kanannya kepala sekolah,” ungkapnya.
Saat awak media, mengonfirmasi langsung Romi di sekolah, pada Kamis (22/5/2025), pihaknya hanya menjelaskan beberapa tempat kunjungan, tanpa disertai rincian biaya.
Tak hanya itu, narasumber juga membeberkan soal honor kelebihan jam mengajar yang saat ini tidak diberikan oleh pihak sekolah ke dewan guru.
“Dulu ada tambahan honor untuk kelebihan jam mengajar. Tapi sejak semester genap ini sudah dihilangkan. Padahal Sekolah lain Di Kecamatan Ketapang masih dibayar. Di Tanjung Sari? Nggak ada lagi,” katanya heran?
“Emang kacau kepala sekolah yang ini. Nggak ada ketegasan. Pokoknya minta tolong, ini harus digeser,” pungkasnya.
- Harga KI Diduga Digelembungkan
Sama halnya dengan Abdul Romi, Saat dikonfirmasi, CEO Puma Tour, Didik, tak mau mengungkap rincian biaya. Padahal rincian biaya inilah yang ditunggu tunggu oleh wali murid.
” Masing masing biro itu kan punya standar layanan masing-masing, standar layanan, standar provit, jadi kalau komplain harapan kami ya objektif pak, jangan hanya sekedar harga kan gitu to pak,” Sambil tertawa renyah.
” Kalau daftar fasilitas serta pelayanan oke oke aja, ya kalau detail rincian itu kan sebenarnya kan dapur masing masing travel to pak,” Jelasnya saat dikonfirmasi wartawan, Senin (26/5/2025)
Namun, hasil penelusuran tim M-TJEK NEWS ke sejumlah biro perjalanan di Lampung menunjukkan fakta mencengangkan.
Biaya untuk paket Jakarta–Jogja–Bandung serupa hanya berkisar Rp1,9 juta hingga Rp2,1 juta.
Sedangkan di SMKN 1 Tanjung Sari, siswa diminta membayar Rp2,6 juta. Selisih Rp500 ribu inilah yang memicu dugaan adanya kelebihan biaya yang belum dipertanggungjawabkan secara transparan. (ARF)